MAKASSAR, DATAKITA.CO – Empat pasangan kandidat pada Pilwalkot Makassar 2020 sudah menggelar deklarasi dan mendaftar di KPU. Meski demikian, deklarasi kandidat beberapa waktu lalu hangat diperbincangkan publik. Khususnya terkait kandidat yang dianggap keliru memilih lokasi deklarasi lantaran tidak berkaitan dengan jejak pembangunannya.
Kandidat yang ramai dibahas publik itu adalah Danny Pomanto (DP), mantan Wali Kota Makassar yang kini maju berpasangan dengan Fatmawati Rusdi. Paslon dengan jargon Adama ini diketahui mengumumkan pencalonannya di Pantai Losari. Oleh mantan Sekkot Makassar, Ibrahim Saleh, lokasi deklarasi DP jelas keliru lantaran Losari bukan karyanya saat menjabat wali kota.
Direktur Forum Komunikasi Alternatif Pemuda Sulsel (Formal), Usman berpendapat apa yang disampaikan mantan Sekkot Makassar benar adanya lantaran Losari kadung identik sebagai karya monumental mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS). Yang jadi pertanyaan, lanju dia, apa karya monumental DP selama lima tahun menakhodai Kota Makassar.
Baca Juga :
“Lucu juga kalau ada kandidat, apalagi mantan wali kota yang deklarasi di lokasi yang tak berkaitan dengan jejak pembangunannya selama menjabat. Ya jadinya kita bertanya-tanya selama lima tahun diberi kesempatan, apa karya monumentalnya? Apa saja peninggalannya,” ucap Usman, Minggu (6/9/2020).
Menurut dia, wali kota berprestasi bukan sekadar dihitung dari jumlah penghargaan. Yang paling penting adalah tingkat kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi. Nah, bila ekonomi bagus pastinya akan diiringi dengan karya-karya monumental pembangunan
Sepengetahuan Usman, ada beberapa wali kota yang berhasil menorehkan tintas emas pembangunan. Di antaranya yakni Muhammad Daeng Patompo, Amiruddin Maula dan IAS. Namun disebutnya yang paling membekas dan punya banyak karya monumental adalah Muhammad Daeng Patompo dan (IAS).
Patompo dikenal sebagai wali kota peletak dasar rancang pembangunan Kota Makassar. Melalui Jumpandang Plan (JPL), ia membuat blue print pembangunan Makassar, termasuk mengambil wilayah Gowa dan Maros yang kini menjadi Kecamatan Tamalate, Kecamatan Panakkukang dan Biringkanaya.
Tidak berhenti sampai di situ, Patompo pula yang membuat Kawasan Kota Baru Panakkukang yang kini jadi kawasan bisnis. Karya monumental Patompo lainnya adalah Pusat Pertokoan Somba Opu, Tanggul Patompo dan Kompleks Patompo.
Tidak kalah cemerlang dari Patompo, IAS juga menorehkan tinta emas pembangunan Makassar. Pria yang dijuluki Bapak Pembangunan Makassar itu berhasil merevitalisasi Lapangan Karebosi dan Pantai Losari. Ia bersama mantan Gubernur Sulsel Syahrul YL juga merupakan sosok di balik suksesnya pembangunan jembatan layang pertama di Makassar.
Selain merubah Makassar menjadi kota modern dengan sejumlah karya monumental, IAS merupakan wali kota yang mampu membuat laju pertumbuhan ekonomi berlari kencang. Di era IAS, pertumbuhan ekonomi Makassar tidak hanya di atas nasional, tapi melampaui China dan Jepang yakni di atas 10%.
“Nah, inilah yang jadi pertanyaan kita bersama, apa karya monumental atau peninggalan positif DP untuk warga Makassar sehingga percaya diri kembali maju? Kalau Patompo kan jelas, beliau menggagas JPL yang menjadi blue print pembangunan kota. Lalu, IAS merevitalisasi Karebosi dan Losari serta ekonomi kita jadi yang terbaik. Kalau DP bangun apa?,” ucap Usman.
Selama kepemimpinan di Makassar, ia melihat DP hanya berfokus pada upaya-upaya membangun lorong. Sayangnya, hal tersebut pun tidaklah maksimal. Buktinya, banyak program DP yang dinilai gagal. Semisal apartemen lorong atau Aparong yang sampai kini tidak jelas bentuk dan realisasinya.
“Bukannya mau menjelekkan, kita tetap apresiasi kepemimpinan DP. Tapi Makassar butuh wali kota yang mampu memacu dan mengakselerasi pembangunan Makassar, sosok seperti Patompo dan IAS yang benar-benar bisa diandalkan dan dibanggakan,” terang dia.
Sekadar diketahui saat deklarasi kandidat lalu memang hanya DP yang memilih lokasi yang tidak berkaitan dengan jejak pembangunannya. Munafri Arifuddin-Rahman Bando menggelar deklarasi di Hotel Aryaduta yang dikenal sebagai milik Bosowa.
Disusul Deng Ical-Fadli Ananda deklarasi di Karebosi. Selain sisi histori Makassar sebagai titik nol di mana segalanya biasa dimulai, revitalisasi Karebosi adalah karya monumental di era IAS sebagai wali kota yang kini menjadi salah satu tokoh pendukung Dilan. Sedangkan, None-Zunnun menggelar deklarasi di Celebes Convention Center yang dibangun di era kakak None, Syahrul Yasin Limpo sebagai Gubernur Sulsel. (*)
Komentar